Senin, 11 Januari 2010

10 Kiat Membangun Motivasi Mentee

Untuk membangun motivasi pada para mentee; motivasi untuk menghapal ayat – ayat dan surat – surat pilihan, motivasi untuk membaca, motivasi untuk menuntut ilmu, motivasi untuk melakukan rekruitmen dan motivasi – motivasi dakwah lainnya, kepada merekalah kami persembahkan………….

Kiat – kiat apa saja yang bisa dilakukan dalam rangka membangun motivasi – motivasi itu?

Untuk membangun motivasi pada diri seseorang agar memiliki kesadaran secara mandiri dalam melakukan berbagai pekerjaan, hendaklah dilakukan langkah – langkah berikut:

SATU: Jalinlah hubungan baik dengan orang yang hendak kamu bangun motivasinya. Caranya? Kita bisa memulainya dengan menanyakan keadaannya, ikut serta dalam kegembiraan dan kesedihannya, serta berikanlah khidmah (pelayanan) dan semacamnya.

DUA: Jadikan dirimu Qudwah Shahiha (teladan yang baik) baginya, and jangan ngelakuin sesuatu, kecuali yang baik – baik aja. Hal ini kudu kamu lakuin demi meraih cintanya - setelah cinta Allah SWT tentunya. Nah, klo mereka udah cintai sama kamu, so dengan gampang mereka nerima saran, bimbingan, dan petunjuk dari kamu. Dengan begitu mereka jadi semangat ngejalaninnya.

TIGA: Berikanlah pemahaman tentang manfaat amal yang kamu ajarin pada mereka, baik manfaat duniawi maupun ukhrawi. Menghapal Al – Qur’an misalnya, sangat berguna dalam mengingat hukum – hukum Islam, sistem - sistemnya, and hidup pun jadi bahagia jikalau mereka komit dengan nilai – nilai tersebut. Hafalan Al- Qur ‘an juga sangat berguna loh dalam berbagai aktivitas dakwah, baik dakwah jamahiriyah (publik) maupun dakwah khashah (khusus). Contoh lain, misalnya mempelajari ilmu – ilmu syar’i. Belajar ilmu ini bikin seseorang tawassuth (moderat), tidak terperangkap dalam ekstrim keras, juga ekstrim lunak. Mereka bisa jadi penengah perbedaan yang ada di masyarakat. Terus klo belajar ilmu duniawi seseorang bisa jadi lebih produktif, kecukupan dan bahagia. Nah, kalau semuanya di pelajari kita akan dapat keuntungan duniawi seperti yang disebutin tadi. Belum lagi keuntungan ukhrawi berupa pahala besar-jikalau ilmu yang dipelajari itu bermanfaat untuk diri sendiri, sesama and selama hal itu membantu kita dalam memperbaiki tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi.

EMPAT: komitmen pada diri sendiri untuk berakhlak mulia, seperti: Siddiq (benar), amanah, ta’awun (kerjasama) dalam kebaikan dan ketakwaan, berbuat adil dan semacamnya. Komitmen seperti ini bikin mereka dan orang – orang di sekitar mereka bahagia. Belum lagi besarnya pahala bagi kita di akhirat nanti.

LIMA: Asahlah dan charge hatinya dengan keimanan, melalui pentadabburan ciptaan-Nya, ayat – ayat-Nya, menanamkan mahabbatullah ke dalam hati, dengan cara mengingat nikmat Allah yang tak terhingga, mengingat rizki yang diberikan-Nya and juga kasih sayang-Nya. Dengan rasa sayang ini lah yang mendorong kuat untuk beramal dan ber ihsan.

ENAM: Latihlah mereka untuk memerangi bisikan syetan agar tidak malas beramal. Dengan cara melatihnya berkomitmen terhadap ibadah ritual seperti puasa, shalat lima waktu, Ghadul basar ( Menahan pandangan) dan sejenisnya. Dengan begitu, kemauannya menjadi kuat, kokoh serta terlatih secara perlahan – lahan.

TUJUH: Bantulah untuk selalu ada di tengah – tengah perkumpulan orang – orang shalih yang dapat membantu mereka melakukan kebaikan. Akan lebih baik lagi kalau mereka selalu di ingatkan tentang kisah para nabi, orang – orang shaleh sebelum nabi Muhammad SAW, para sahabat dan salafus-salih. Dengan begitu akan terbangun dalam diri mereka semangat meneladani dan menjadikan teladan ini sebagai cita – citanya.”Orang yang mempunyai cita- cita akan bersemangat untuk menggapainya”.

DELAPAN: Bantulah mereka untuk memenej waktu secara baik dan benar, komitmen dalam menjaga waktu, tidak menyia - nyiakannya dalam menyusun prioritas peluang amal yang begitu banyak dan padat.

SEMBILAN: Berikanlah dorongan, yang mengesankan kesuksesan – kesuksesan yang diraihnya, sebab manusia memiliki tabiat merasa terpadu jika kerjanya membuahkan kesuksesan.

SEPULUH: Sering kali kita membuat target – target besar dan bila target besar itu tidak tercapai, kita merasa gagal lalu frustasi, selanjutnya berhenti beramal. Karena itu, sebagai Murabbi, kita harus bisa membaca target – target besar itu dan melihat kesuksesan- kesuksesan “kecil” yang telah di capai saat mengejar target besar tadi.

Seperti contoh, suatu kali beberapa pemuda dakwah merasa gagal dalam berdakwah, dengan “bukti” sudah lima belas tahun mereka beramal, namun yang menyambut dakwah mereka tetap segitu – gitu aja.

Mendengar perasaan seperti ini, salah seorang masyayikh menimpali dengan mengatakan bahwa dalam lima belas tahun ini, kita telah sukses besar! Betapa tidak? Lima belas tahun yang lalu, spanduk – spanduk yang terpasang dibulan Ramadhan rata – rata berbunyi: “ Cuci gudang di supermarket ini, atau supermarket itu”. Akan tetapi, coba lihat sekarang, betapa banyaknya spanduk – spanduk yang mengajak kita untuk melakukan optimalisasi Ramadhan, Alhamdulillah, semoga Allah SWT senantisa menjaga kesuksesan ini. Amiin!

Untuk setiap orang yang silih berganti menjadi seorang Qiyadah (Murabbi) dan Jundiyah (Mutarabbi), semoga dapat menjadi inspirasi untuk membangun motivasi jundi – jundinya.

www.sabili.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar